Thursday, November 7, 2013

Makna Gunung Prau #1: Kolam Air Panas Manggisan

Momen lebaran adalah saat yang sangat ditunggu oleh masyarakat Indonesia. Segala atribut kebahagiaan tersedia; libur panjang, tunjangan hari raya, berkumpul dengan sanak keluarga hingga santapan lezat nan berlimpah. Kesempatan yang hanya datang sekali dalam setahun ini harus benar-benar dimanfaatkan.

Namun kejadian sedikit berbeda saya alami pada momen lebaran tahun ini. Kerinduan akan suasana gunung memaksa saya memutar otak mencari celah waktu guna mendaki gunung, mengingat waktu saya tidak seluang dulu lagi. Pada akhirnya saya memutuskan untuk mendaki gunung pada saat libur lebaran. Lagi-lagi karena keterbatasan waktu pilihan gunung yang mungkin saya daki menjadi terbatas. Hanya gunung yang dekat dengan Semarang dan yang waktu tempuhnya singkat. Terpilih lah gunung Prau di Wonosobo.

Yoyok, Upil dan Saya Sebelum Berangkat
Bersama dua sahabat saya, Yoyok dan Upil, kami berangkat pada hari Sabtu 10 Agustus pukul 15.30 (sebenarnya rencana awal adalah 13.00). Motor kami terus dipacu selama 4 jam guna mencapai kota Wonosobo. Setibanya di Wonosobo, setelah makan malam dan sedikit istirahat, kami menyempatkan diri menjumpai seorang kawan putra daerah. Ditemani mangkuk penuh wedang ronde kami bercengkerama kesana-kemari. Udara dingin sama sekali tidak mengurangi kehangatan obrolan kami.

Setelah puas bersenda gurau kami pamit untuk melanjutkan perjalanan. Waktu sudah menunjukkan pukul 22.30 dan udara dingin semakin dalam menembus tubuh kami. Sekitar 1 jam ke arah utara Wonosobo kami tiba di tujuan berikutnya, kolam air panas alami Manggisan. Saya pernah mengunjungi tempat ini pada bulan Februari lalu, terpesona akan kehangatan dan kesederhanaan kolam ini saya mengajak teman-teman saya kesana. Saya cukup terkejut melihat suasana yang sudah berubah cukup drastis. Modernisme telah menyentuh kolam air panas alami tersebut. Dahulu hanya cahaya bulan yang menerangi kolam, tak heran banyak orang berendam tanpa sehelai benang pun, termasuk saya. Kini lampu-lampu neon berjejer menerangi kolam. Tidak ada lagi yang berani menanggalkan semua pakaiannya. Juga disediakan persewaan celana pendek dan loker penyimpanan barang. Saya rasa itu bukanlah hal yang benar-benar buruk, meski saya lebih menyukai suasana alami seperti sebelumnya. Satu hal yang patut disayangkan adalah mereka juga menjajakan sabun dan shampoo sachet bagi pengunjung yang ingin bersih-bersih. Karena kepedulian lingkungan masyarakat kita masih rendah maka berserakanlah sachet-sachet pembersih tubuh yang mengotori lingkungan tersebut.

Saya berikan sedikit gambaran tentang kolam air panas Manggisan. Bayangkan anda berada di sebuah sawah, yang terang karena bulan dan berisik karena jangkrik. Tepat ditengah sawah tersebut mengalir air panas alami, yang entah bersumber darimana dan menuju kemana. Tepat diantara dua pematangnya terbentuklah sebuah lekukan kecil, tempat si air panas sebentar mampir. Lekukan tersebut menyerupai sebuah kolam, hanya lebih besar. Dan di tengah hawa dingin yang menusuk, anda mulai lepaskan jaket anda, hingga baju dan juga celana. Kini udara dingin sudah menyelimuti tubuh anda dengan sempurna. Kemudian dengan langkah gontai anda berjalan ke tepian kolam, sedikit ragu-ragu anda mencelupkan kaki anda, pijakan pertama di kolam Manggisan, hangat. Selanjutnya secara bergiliran lutut, paha, perut, dada hingga muka anda dibasuh oleh si air panas. Sekarang seluruh tubuh anda telah terendam. Suara air yang memercik saling bersahutan di telinga dipadu dengungan jangkrik yang merdu. Bayangkan kondisi anda layaknya seseorang yang sedang tiduran bathtub hotel berbintang. Tetapi ganti atap anda dengan langit penuh bintang dan kesendirian anda dengan para sahabat di kiri dan kanan. Bagi saya, dunia seperti berhenti berputar, mengizinkan saya untuk sekadar bersyukur atas segala nikmat.

Terima kasih pada realita yang sudah memperkenalkan kerasnya kehidupan, pada alam yang menunjukkan jalan kemana kita kembali, dan pada para sahabat yang telah menjelaskan makna tertawa.

Dan kini dunia berputar kembali. Saya melanjutkan perjalanan, masih dengan motor dan udara dingin.


No comments:

Post a Comment