Wednesday, November 27, 2013

Bersepeda Semarang-Yogyakarta-Semarang #1: Alasan

Saya sedang berada pada bus Nusantara di suatu senja yang biasa saja. Bus yang menghubungkan Yogya dan Semarang ini memang sering saya naiki sebelumnya. Bus Nusantara tersebut sedang bergerak memasuki kota Ambarawa ketika ia berbelok ke jalan yang sebelumnya tak pernah saya lewati. "Oh, sebuah jalan baru rupanya" saya bergumam. Sikap tak acuh saya selama perjalanan berubah ketika memasuki jalan baru itu. Pemandangan baru selalu berhasil menarik perhatian saya.
Hamparan sawah yang luas di kanan dan kiri jalan dihiasi beberapa bangunan kuno yang tetap berdiri tegak meski diselimuti lumut membuat mata saya terbelalak takjub. Apalagi ada barisan bukit yang dengan gagahnya menutup hamparan sawah tersebut. Jalan yang lengang dengan sedikit lalu lalang kendaraan bermotor menambah keindahan jalan. Serta cahaya matahari sore yang menyempurnakan impresi pertama saya pada jalan tersebut (kelak saya tahu bahwa itu adalah Jalan Lingkar Luar Ambarawa). Sejenak saya berpikir, "kayaknya enak nih sepedaan disini".

Begitulah awal mula mengapa saya memutuskan untuk mengayuh sepeda dari Semarang ke Yogyakarta. Berawal dari pikiran iseng saya tentang bersepeda di jalan Lingkar Luar Ambarawa membawa saya benar-benar melaksanakan apa yang iseng saya pikirkan. Disamping itu ada beberapa faktor tambahan, yaitu:

  1. Mengisi waktu luang. Saya sudah diwisuda dan sedang menunggu panggilan kerja. 
  2. Sudah lama tidak bertualang. Terhitung sudah 3 bulan saya tidak berjelajah di alam. Betapa membosankannya hidup terus-menerus di dalam rumah.
Akan tetapi alasan utama yang mendasari perjalanan saya adalah:
Sekitar seminggu sebelum keberangkatan saya sedang membaca mengenai salah satu pahlawan terbaik negeri ini, Jenderal Sudirman. Saya membaca bahwa Jenderal Sudirman harus ditandu ketika perang gerilya melawan Belanda yang melancarkan agresi militer. Sang Jenderal, hanya dengan satu paru-paru karena sakit parah yang dideritanya, keluar masuk hutan selama tujuh bulan demi mempertahankan kemerdekaan. Terbersit ide untuk mengunjungi salah satu rumah persembunyian beliau di Pacitan, tapi saya urungkan karena risikonya terlalu besar. Hingga akhirnya saya memutuskan untuk bersepeda dari Semarang ke Yogyakarta, merasakan sedikit apa yang dilalui oleh Sang Jenderal (saya merasa cukup keterlaluan membandingkan kedua perjalanan tersebut). Mungkin dengan sepeda saya bisa melihat lebih dalam keindahan negeri yang dibela mati-matian oleh Sang Jenderal. Mungkin dengan sepeda saya akan menyadari hal-hal baik yang luput dari pengamatan saya selama saya melintasi Semarang-Yogya dengan motor, mobil ataupun bus. Mungkin ini terdengar sangat konyol dan aneh, tapi begitulah adanya.

Sejak malam dimana saya membaca tentang Jenderal Sudirman tersebut saya mulai merencanakan perjalanan itu. Saya googling, cari pinjaman sepeda dan membeli berbagai peralatan. Dan akhirnya diputuskan bahwa kayuhan pertama saya adalah hari Selasa, 26 Februari 2013 pukul 6 pagi.

No comments:

Post a Comment